Istilah ini tidak sengaja saya buat. Istilah ini saya rangkai ketika kemarin sore berangkat ke Masjid. Saya berangkat jam 16.44 wib ke masjid, memang lebih awal dari biasanya. Padahal saya baru pulang dari Jakarta, dan sampai di rumah hampir jam 3 sore. Meskipun masih ngantuk saya memaksakan diri untuk tetap berangkat ke Masjid lebih awal. Rekan-rekan seksi dakwah sudah nanya... "Pak War nanti langsung ke Masjid kan?". Dan saya mengiyakan dengan kalimat "Insya Allah...".
Ketika sampai di depan rumah ujung gang saya, terlihat dua orang Ibu-ibu sendang ngobrol yang dibatasi dengan pintu gerbang rumah. Begitu sampai di depan Ibu-ibu tersebut langsung saya ditanya oleh salah satu dari mereka. "Pak War mau kemana? Mau Jihad ya...?" kedua Ibu tersebut bertanya sambil tertawa kecil.
Sambil tersenyum dan tertutup masker saya menjawab spontan... "Iya bu". Jawaban pendek dan memang tidak terlalu saya pikirkan. Kadang beberapa tetangga bertanya memang hanya sekedar menyapa saja. Mungkin karena saya menggendong tas ransel berisi leptop, menenteng sajadah di tangan kiri, sementara di sebelah kanan saya membawa tripod. Seperti perangkat perang mungkin dari kejauhan.
Setelah melewati gang barulah saya berpikir jawaban tadi. "Jihad?" tanyaku dalam hati. Istilah ini mulai meresap di pikiran saya sudah lumayan lama. Memang pernah terpikir saat tahun 1999 dan 2000 untuk mengikuti ajakan teman berjihad saat itu. Ini pun gegara saya saya itu memiliki jenggot. Sebenarnya saat itu tahun 1999 saya memelihara jenggot tadinya karena sebelumnya saya sepintas dinilai feminim. Rambut saya yang panjang saat itu kalau dari samping dikira cewe... dan cantik tentunya. Sering naik motor kemudian lewat di depan kumpulan anak muda 90an langsung di suit suit. Dan mereka akhirnya kecewa ketika ternyata saya adalah laki-laki. 😝
Ini kok jadi ngingat masa lalu ya. Kembali ke cerita awal tentang kata Jihad. Saya kemudian membenarkan juga kata jihad menempel pada tampilan saya sore kemarin. Mungkin ini yang dibilang Jihad di Jalan Youtube. Sudah setahun lebih sebelum pandemi saya selalu menyiarkan secara langsung kajian-kajian yang saya adakan di Masjid Perumahan saya. Saya merasa ini juga tugas saya sebagai Seksi Pendidikan dan Dakwah di Masjid.
Mengadakan kajian saja menurut saya tidak cukup. Akan lebih berarti ketika kajian kita juga bisa disimak oleh orang lain yang tidak berada di masjid saya. Setiap orang kadang punya kesibukan sendiri-sendiri. Ada yang belum diberi kesempatan untuk bisa hadir di Masjid untuk mengikuti kajian. Ada pula yang sudah diberi kesempatan dan kesadaran untuk hadir tapi kadang terbentu acara keluar kota. Nah ini tentu menjadi peluang 'dakwah' dari saya yang masih bodoh ilmu agama.
"Pak War kan subscribernya sedikit? mana bisa punya banyak manfaat! Apalagi kalau dibandingkan ATA" Itu mungkin kalimat yang bisa saja muncul dari orang lain ketika melihat channel saya. Saat ini subscriber saya cuma 3K lebih dikit... hehehe... Bisa jadi jangkauanya kurang luas. Tapi menurut saya berjuang dan berdakwah melalui Youtube tidak harus subscribernya banyak. Maknya ayoo subscribe channel PakWar... hehe maaf nyepam...
Bagian terpenting dalam dakwah digital adalah kita memang harus ikut terjun. Ketika kita membiarkan Youtube diisi oleh channel-channel sampah dan tidak bermanfaat, ketika media digital hanya diisi oleh konten tidak mendidik. Maka saya harus membuat konten baik sebagai tandingannya. Konten baik yang berusaha bersaing ditengah-tengah konten sampah. Karena perjuangan belum berakhir.
Salam Jihad via Youtube.
No comments:
Write komentar